BAB
I
PENDAHULUAN
Abstrak
Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan
dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika. Dalam Kurs
valuta asing nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya,
adalah sebagai indicator utama untuk melihat tingkat kestabilan perekonomian
suatu negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil, maka
perekonomian negara tersebut tidak baik atau sedang mengalami krisis ekonomi. Jadi,
dalam kajian makalah ini saya membahas tentang “ Pengaruh tingkat inflasi, tingkat Suku Bunga (BI Rate)Terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dolar Amerika Periode
2009-2013” bertujuan untuk mencari dan mengetahui apakah pengaruh dan
factor-faktor mendasar dari tingkat inflasi terhadap nilai tukar rupiah dolar
amerika dan tingkat suku bunga Efek (BI
rate) terhadap nilai tukar rupiah dolar Amerika Serikat, hasil dari analisis yang saya cari menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Gerakan tukar rupiah dolar Amerika (USD / IDR). Di
sisi lain, tingkat suku bunga berpengaruh negative dan signifikan terhadap
nilai tukar (USD / IDR). Kenapa
bisa terjadi demikian, karena dari hasil yang saya cari dan ketahui bahwa jika
tingkat BI rate mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar USD/IDR
akan menurun. Selain itu, pertumbuhan ekonomi setiap negara maju dan berkembang
semakin pesat dan banyaknya perusahan-perusahan yang memiliki aktiva yang
sangat besar maka melindungi nilai terhadap aktiva menjadi kebutuhan perusahaan
maupun suatu negara dalam melindungi aktivanya.
Kata
kuncinya : Kurs mata uang, inflasi, Suku bunga (BI rate) pengaruhnya terhadap
USD/IDR.
A.
Latar
Belakang Masalah
Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh
besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan
terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata,2004:163). Kurs merupakan salah satu
harga yang penting dalam perekonomian terbuka. Penerapan nilai tukar mengambang
dan penggunaan bahan baku impor menyebabkan nilai tukar sangat berpengaruh
terhadap perekonomian Negara. Sejak periode 1970 hingga sekarang Indonesia
telah melakukan 3 kali perubahan system nilai tukar. Pada tahun 1964-1978 Indonesia menganut system nilai
tukar tetap. Berdasarkan UU No. 32 tahun 1964 nilai tukar resmi Indonesia yaitu
RP250/USD. Pada tahun 1978 Indonesia menetapkan nilai tukar mengambang
terkendali ditetapkan di Indonesia, nilai tukar rupiah dari tahun ke tahun
terus mengalami depresiasi terhadap US dollar. Nilai tukar rupiah berubah-ubah
antara Rp644/USD – RP2.383/USD.
Pada tahun 1997 Indonesia menganut
system nilai tukar mengambang bebas. Sejak pertengahan Juli 1997, Rupiah
mengalami tekanan yang mengakibatkan semakin melemahnya nilai rupiah terhadap
US dollar. Tekanan tersebut diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar ke
negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami
krisis moneter pada tahun 1998, yang mana pada saat itu banyak perusahaan
mengalami kebangkrutan karena tidak mampu membayar kewajibannya dalam bentuk
valuta asing.
Nilai tukar rupiah pada tahun 2013
berada dalam tren melemah. Berdasarkan laporan Bank Indonesia tekanan terhadap
nilai tukar rupiah tersebut tidak terlepas dari pengaruh ekonomi global yang
melambat dan harga komoditas internasional yang menurun, yang kemudian
mendorong melebarnya defisit transaksi berjalan indonesia. Tekanan terhadap
nilai tukar rupiah semakin kuat sejak akhir Mei 2013 saat terjadinya aliran
keluar modal asing tersebut dipicu oleh ketidakpastian global akibat rencana
pengurangan stimulus moneter di AS (tapering
off). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US dollar tidak terlepas dari
pengaruh ekonomi global, namun dapat juga dipengaruh factor dari dalam negeri,
diantarannya tingkat inflasi, BI rate dan nilai impor.
Inflasi merupkan kondisi
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus sehingga dapat
menurunkan nilai mata uang suatu negara (Serfianto dkk, 2013:98). Adapun salah
satu penyebab inflasi adalah karena adanya kenaikan permintaan. Kenaikan
permintaan ini akan mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap, yang
mana factor lain dianggap tetap (ceteris
paribu).
berubah sehingga barang-barang di Indonesia relative
semakin mahal dan barang-barang di Amerika relative lebih murah. Hal ini
mengakibatkan permintaan barang-barang Amerika akan meningkat yang juga diikuti
oleh peningkatan permintaan US dollar. Semakin tinggi permintaan US dollar hal
ini akan menyebabkan semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga harga
memperolehnya akan semakin mahal. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat inflasi
yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara. Selain itu tingkat
inflasi yang tinggi dapat memicu bertambahnya nilai impor.
Factor lain yang mempengaruhi
perubahan nilai tukar adalah suku bunga (BI rate). Menaikkan atau menurunkan
suku bunga (BI rate) merupakan salah
satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatur
jumlah uang beredar dan menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah. Perubahan suku bunga(BI rate) akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar negeri.
Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat
suku bunga yang menguntungkan (Situmeang, 2010:51). Jika BI rate meningkat ketika tingkat suku bunga
luar negeri relative tidak berubah. Investor Indonesia akan mengurangi
permintaan terhadap US dollar karena Indonesia menawarkan tingkat pengembalian
yang lebih menarik dan investor dari luar negeri akan menawarkan US dollar
untuk diinvestasikan dalam rupiah.
Selain tingkat inflasi dan BI rate, factor lain yang mempengaruhi
perubahan nilai tukar adalah nilai impor. Impor merupakan perdagangan barang
dari luar negeri ke dalam negeri, sehingga menyebabkan adanya transaksi
pembayaran ke luar negeri. Nilai impor Indonesia terus mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun. Tingginnya nilai impor Indonesia dikarenakan banyak komponen
bahan mentah dan penolong yang masih harus diimpor. Makin besar kebutuhan impor
makin besar pula permintaaan valuta asing (Triyono, 2008:159).
Dari latar belakang yang telah di
uraikan, penulis ingin membuktikan secara empiris mengenai bagaimana “ Pengaruh tingkat inflasi, tingkat Suku
Bunga (BI Rate) Terhadap Nilai Tukar
Rupiah atas Dolar Amerika Periode 2009-2013”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
Latar balakng di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai
Berikut:
1. Apa
saja factor-faktor yang menyebabkan Rupiah melemah terhadap dollar Amerika?
2. Apakah
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh inflasi?
3. Apakah
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi oleh BI rate?
C.
Tujuan
Penulis
1. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Rupiah melemah terhadap
dollar Amerika
2. Untuk
mengetahui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi
oleh inflasi
3. Untuk
mengetahui pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dipengaruhi
oleh BI rate
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Nilai tukar
Menurut Situmeang (2010:44) “Nilai
tukar adalah pernyataan nilai suatu mata uang dalam satu mata uang negara
lain”.
Menurut Sukirno (2006:397) ”Kurs adalah jumlah uang
domestic yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing”.
Menurut Oktavia dkk (2013:149) “Kurs adalah salah
satu harga yang paling penting dalam perekonomian terbuka, karena di tentukan
oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan, nilai tukar adalah banyaknya mata uang
suatu negara yang dibutuhkan untuk memperoleh mata uang negara lain.
Nilai
tukar lazim juga disebut kurs valuta asing dalam berbagai transaksi atau pun
jual beli valuta asing, dikenal ada 3 (tiga) jenis (sukwiaty dkk, 2005:25)
yaitu:
1. Kurs
Jual
Kurs
Jual adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk menjual satu
unit mata uang asing tertentu.
2. Kurs
Beli
Kurs
Beli adalah kurs yang dikeluarkan oleh bursa valuta asing untuk membeli satu
unit mata uang asing tertentu.
3. Kurs
Tengah
Kurs
Tengah adalah rata-rata dari kurs jual dan kurs beli. Kegunaan kurs tengah
adalah untuk menganalisis naik turunnya harga valuta asing di bursa, seperti
memperjelas apresiasi dan depresiasi valuta asing tertentu.
1. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi nilai tukar
Menurut situmeang (2006) ada 6 (enam) factor yang
mempengaruhi kurs yaitu :
a. Tingkat
inflasi
Perubahan
tingkat inflasi dapat mempengaruhi aktifitas perdagangan internasional karena
adanya perbedaan harga sebagai dampak inflasi tersebut.perubahan aktivitas
perdagangan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang sehingga
mempengaruhi nilai tukar, misalnya jika tingkat inflasi Indonesia naik lebih
tinggi relative dari pada amerika, maka nilai tukar rupiah terhadap US dollar
akan melemah. Secara nyata perubahan tersebut tidak hanya di sebabkan oleh
sebuah factor seperti inflasi namun kombinasi dari berbagai factor.
b. Tingkat
suku bunga
Perubahan
tingkat suku bunga akan mempengaruhi investasi pada surat berharga luar
negerisehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing.
Investor yang berinteraksi secara global akan mencari negara dengan tingkat
suku bunga yang menguntungkan asumsikan jika tingkat suku bunga di Indonesia
naik ketika suku bunga di Amerika relative tidak berubah, maka investor dari
Indonesia akan mengurangi permintaan terhadap US dollar karena suku bunga di
Indonesia menawarkan pengembalian yang lebih menarik. Sebaliknya investor dari
amerika akan menginvestasikan modalnya di Indonesia dengan menawarkan US dollar
untuk di investasikan di dalam rupiah. Tingginya penawaran US dollar
mengakibatkan penguatan Rp terhadap US dollar. Namun secara nyata kenaikan suku
bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi.
c. Kontrol
pemerintahan
Pemerintahan
adalah pihak yang memegang posisi yang sangat menentukan dalam menentukan nilai
tukar. Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar dan juga memiliki kapasitas
modal yang memadai untuk mempengaruhi pasar
d. Ekspektasi
Ekspektasi
terhadap masa depan dapat menggerakkan nilai tukar mata uang seperti halnya
pasar keuangan lainnya. Investor akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan
penggerakan nilai di masa yang akan
datang.
Peramalan
terhadap perubahan di masa depan tersebut mendorong investor mengambil
keuntungan dengan harapan mendahului pasar dalam mengambil tindakan antisipatif
e. Interaksi
factor-faktor
Factor-faktor
yang mempengaruhi nilai tukar tidak bekerja secara individual. Factor-faktor
tersebutbaik yang berhubungan dengan perdagangan maupun factor yang berhubungan
dengan mata uang antar negara.
2.
Sistem
Nilai Tukar
(Menurut Sartono, 2003) ada empat sistem nilai tukar
yaitu:
a. Sistem
nilai tukar tetap, adalah sistem dimana nilai mata uang suatu negara ditentukan
tetap terhadap mata uang negara lain. Sistem ini memaksa pemerintah untuk
selalu menyesuaikan nilai tukarnyajika tidak lagi sesuai dengan nilai yang
telah ditetapkan dengan cara mendevaluasikan mata uangnya.
b. Sistem
nilai tukar mengambang terkendali, dalam sistem ini bank sentral menentukan
bahwa mata uangnya boleh bergerak dalam rentan tertentu yang telah di tetapkan.
Jika mata uang bergerak melebihi batas atas dan batas bawah, maka bank sentral
akan melakukan intervensi dengan membeli atau menjual US dollar. Selain
intervensi secara langsung dilakukan pemerintah juga menggunakan instrument
lain seperti suku bunga.
c. Sistem
nilai tukar bebas mengambang, dalam sistem ini pemerintah tidak lagi
berkewajiban untuk melakukan intervensi terhadap pergerakkan nilai tukar. Mata
uangnya dibiarkan melakukan penyesuaian melalui mekanisme pasar. Selain itu
sistem ini dapat menghemat cadangan devisa negara.
B.
Inflasi
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana harga barang
mengenai kenaikan secara terus-menerus. Menurut Serfianto (2013:98) “inflasi
merupakan kenaikan di tingkat harga umum sehingga dapat menurunkan nilai mata
uang suatu negara”. Jadi, suatu keadaan mengidentifikasikan terjadinnya inflasi
adalah dimana harga barang-barang secara umum ( bukan satu atau dua barang
saja) yang mengalami kenaikkan harga.” Apabila terjadi kenaikkan harga namun
hanya pada satu atau beberapa jenis barang saja dan tidak berlangsung secara
terus-menerus, maka hal itu tidak dapat di sebut sebagai inflasi.
1.
Factor-factor
penyebab inflasi, yaitu:
a. Inflasi
karena kenaikan permintaan ( demand-pull
inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan
permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat
maningkat secara agregat. Peningkatan ini dapat terjadi karena peningkatan
belanja pemerintah, peningkatan permintaan barang untuk diekspor, dan
peningkatan dari permintaan barang untuk kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan
masyarakat ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.
b. Inflasi
karena biaya produksi (cost-pull
inflation)
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan
biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terjadi karena kenaikan harga-harga baku, misalnya karena
keberhasilan serikat buruhdalam menaikan upah atau karena kenaikan bahan bakar.
Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadi inflasi
c. Inflasi
karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Jika jumlah
barang tetap sedangkan uang beredar bertambah maka harga akan naik. Penambahan
jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya karena mencetak uang bataaru
yang mengakibatkan harga-harga naik.
d.
Jenis-Jenis
Inflasi
Berdasarkan tingkat keparahannya,
inflasi dapat dibedakan atas empat (Alam 2007:217),yaitu:
1. Inflasi
ringan adalah inflasi yang masih belum Bgitu menganggu keadaan ekonomi. Inflasi
ini masih mudah di kendalikan. Harga-harga naik secara umum, tetapi belum menimbulkan
krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada dibawah 10% per tahun
2. Inflasi
sedang, inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini
sudah menurunkan kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi
sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.
3. Inflasi
berat, inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat
ini, orang cenderung menyimpan barang. Dan umumnya orang enggan untuk menabun,
karena bunga tabungan lebih rendah dari laju inflasi. Inflasi berat berkisar
antara 30%-100% per tahun
4. Inflasi
sangat berat (hyperinflasi), inflasi
jenis ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan
walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi sangat berat
berada diatas 100% per tahun
Kebijakan ekonomi suatu negara biasanya akan
berusaha agar inflasi tetap berada pada taraf inflasi ringan. Inflasi seperti
ini akan mengurangi pandapatan rill pekerja-pekerja berpenghasilan tetap,
tetapi kemorosotan tersebar tidaklah terlalu besa. Inflasi seperti ini juga
menimbulkan efek yang baik dalam perekonomian. Keuntungan perusahaan meningkat
(akibat harga yang meningkat tetapi tidak diikuti oleh kenaikan gaji) dan ini
akan meningkatkan lebih banyak investasi. Lanjutan dari perkembangan ini adalah
kesempatan kerja dan pendapatan meningkat dan mendorong pada pertumbuhan
ekonomi.
e. Dampak
inflasi
Uang dapat menimbulkan banyak persoalan dalam
kegiatan perekonomian uang yang berlebihan akan menimbulkan kenaikkan
harga-harga yang menyeluruh. Hal ini sesuai
dengn teori kuantitas yang menyatakan bahwa tingkat harga ditentukan
oleh jumlah uang beredar. Kemudian harga-harga yang tinggi dan terus-menerus
bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk atas kegiatan ekonomi, tetapi juga
kepada kemakmuran individu dan masyarakat.
Menurut Alam (2007:223-224)
akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat
yaitu sebagai berikut:
a. Dampak
inflasi terhadap pendapatan, inflasi dapat mengubah pendapatan
masyarakat.perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa
kondisi (kondisi inflasi lunak) inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi.
Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian,
akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang.
Namum bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka
rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa
akan semakin sedikit
b. Dampak
inflasi terhadap ekspor, pada keadaan inflasi daya saing untuk barang ekspor
berkurang, berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin
mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami
kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang yang mengakibatkan jumlah
penjualan berkurang.
c. Dampak
inflasi terhadap minat orang untuk menabung. Pada masa inflasi, pendapatan riil
para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya
berkurang karena laju inflasi
d. Dampak
inflasi terhadap kalkulasi harga pokok. Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan
untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar.
Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur. Kita tidak dapat memastikan
berapa persen untuk masa tertentu.akibatnya, menetapkan harga pokok dan harga
jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian,
terutama untuk produsen.
Inflasi yang serius, yaitu inflasi
yang kelajuannya sudah tidak dapat dikendalikan. Tingkat inflasi yang terlalu
tinggi dapat membahayan perekonomian suatu negara. Hal ini akan mengurangi
gairah perusahaan untuk melakukan investasi yang produktif dan dapat
menimbulkan kemerosotan nilai mata uang dan defisit dalam neraca pembayaran.
Berbagai masalah ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
pengangguran.
Inflasi
akan memperkaya pemilik harta tetap, karena kenaikan nilai kekayaan mereka
semangkin meningkat. Maka jurang kesenjangan social masyarakat akan bertambah.
Selain itu juga tingkat inflasi luar negeri lebih tinggi dari pada tingkat
inflasi domestic (Indonesia) maka penawaran dollar akan meningkat untuk
ditukarkan dengan rupiah. Maka semakin tinggi tingkat inflasi akan melemahkan
nilai tukar mata uang suatu negara. Oleh karena it, inflasi harus segera
diatasi. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa
kebijakan moneter, kebijakan fiskal atau kebijkan lainnya.
C.
Suku Bunga (BI Rate)
BI rate merupakan variabel penting variabel ini
digunakan dari penentuan suku bunga yang lain. BI rate diumumkan oleh Dewan
Gubernur Bank Indonesia setiap rapat Dewan Gubernur bulan dan diimplementasikan
pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
Ekuiditas di pasar uang. Suku bunga menjadi lebih penting bagi Indonesia sejak
dilepaskannya sistem nilai tukar mengambang terkendali dan diganti dengan
sistem nilai tukar mengambang bebas.
Menurut Gormaen, (2005:81). ”suku bunga adalah harga
uang yang dibayarkan peminjam diberbagai keadaan”.
Menurut suhandi (dalam Situmeang :2006 ) “ suku
bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh peminjam yang diterima dan merupakn
imbalan bagi pemberi pinjaman dan investasinnya”.
Menurut suhandi (dalam Situmeang,:2006) “ suku bunga
adalah sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana
harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara
permintaab dan penawaran uang”.
Menurut Puspopranoto, (2004:69) “ tingkat bunga
adalah biaya peminjam atau harta yang dibayar untuk meminjam sejumlah dana”.
Menurut milber, RL.Dan Vanhoose,DD (Puspranoto (2005:69) menyatakan bahwa “
bunga adalah Sejumlah dana di nilai dalam uang, yang di terima si pemberi
pinjaman(kreditur), dan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah
permintaan”.
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku
bunga adalah biaya yang harus dibayarkan peminjam dan imbalan yang diterima
pemberi pinjaman.
Suku
bunga di bedakan atas 2 (dua), yaitu:
1. Suku
bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati di pasar
2. Suku
bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah
suku bunga nominal dikurangi dengan laju
inflasi yang di harapkan.
Adapu Fungsi dan peran suku bunga adalah Suku bunga
akan mempengaruh investasi surat berharga luar negeri sehingga akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing investor yang
bertransaksi secara global akan mencari negara denagn tingkat suku bunga yang
menguntungkan. Jika tingkat suku bunga domestic (Indonesia) naik dan tinggkat
suku bunga luar negeri relative tidak berubah. Investor Indonesia akan
mengurangi permintaan terhadap US Dollar suku bunga di Indonesia menawarkan
pengembalian yang menarik dan investor asing akan menawarkan US dollar untuk
ditukarkan dengan mata uang domestic (Indonesia). Penjelaan ini menggambarkan
bahwa kenaikan suku bunga akan mendorong pengutan nilai tukar mata uang suatu
negara.
Menurut
Puspopranoto (2004:71) tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi dan peran penting
dalam perekonomian, yaitu:
a. Membantu
menggalinyatabungan berjalan kearah investasi guna mendukung pertumbuhan
perekonomian
b. Mendistribusikan
jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek
investasi yang menjanjikan hasil tertinggi
c. Menyeimbangkan
jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang di suatu negara
d. Merupakan
alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap
jumlah tabungan dan investasi.
BAB III
PEMBAHASAN
ANALISIS
Indonesia memepunyai sumber daya alam yang besar,
termasuk minyak mentah, gaas alam, timah, dan emas. Indonesia mengekspor gas
alam terbesar kedua di dunia, meski beberapa tahun terakhir menjadi pengimpor
bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, the, kopi,
rempah-rempah, dan karet. Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB(SEKITAR
45.3%), dan sektor pertanian 14,0% untuk pdb 2005. Meskipun demikian sektor
pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu
44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan
2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut. Namun demikian, dampak
pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu
sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006. Sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah
garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan
kurang dari ASS 2 per hari.
Setiap negara memiliki kesatuan mata uang sendiri
untuk kegiatan ekonomi dalam negri, yang berbeda dwngan mata uang negara lain.
Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan swasta yang tidak dapat dipenuhi dari
dalam negeri sendiri, melainkan dari luar negeri, maka suatu negara harus
memiliki devisa atau mata uang dari berbagai negara lain untuk mengadakan
transaksi ekonomi dan keuangan internasioanal. Dari sinilah awal terjadinya
perdagangan mata uang asing (currency
exchange) antar negara. Perdagangan mata uang (valuta asing) pada masa lalu
dilakukan secara konvensiaonal, selalu menghadirkan fisik mata uang itu
sendiri. ( Dauda paris, Analisis Pengaruh
Fundamental Ekonomi,Vol 1)
Nilai tukar merupakan suatu pernyataan atau wujud
suatru nilai mata uang dalam satu mata uang negar lain. Pergerakan nilai mata
uang ini akan terjadi setiapsaat seiring perubahan berbagai factor yang
berpengaruh terutama factor ekonomi negara-negara terkait. Pergerakkan nilai
tukar mata uang akan mempengaruh arus kas bersih yang diterima dari anak
perusahaan serta jumlah jumlah uang yang akan dibayarkan untuk transaksi internasionalnya.
(situmenag, (2010:44)
Mata uang asing (valas) yang sering digunakan
sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan
keuangan internasioanl disebut sebagai hard
currency, yaitu mata uang yang nilainya relative stabil dan kadang-kadang
mengalami kenaikan (apresiasi nilai) terhadap mata lainnya. Salah satu mata
uang asing yang paling banyak digunakan dalam kegiatan ekonomi dan keuangan
internasioanal adalah mata uang Dollar Amerika Serikat (USD). Nilai tukar
valuta asing khususnya Dollar AS dapat mengalami apresiasi atau depresiasi
terhadap mata uang lainnya (dalam hal ini Rupiah). Naik turunya tingkat
inflasi, suku bunga, tingkat pendapatan masyarakat, suhu politik, kebijakan
pemerintah di bidang moneter, keamanan dalam negeriyang tidak kondusif. Dengan
mengethui kondisi masa depan nilai tukar valuta asing terhadap Rupiah
enggunakan prediksi deret berkala (time
series) baik jangka pendek maupun jangka panjang berguna bagi penyusunan
rencana bagi para pelaku ekonomi untuk mepersiapkan segala sesuatu sedini
mungkin, sehingga hasil yang di capai dapat optimal.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi nilai
tukar antara dua mata uang. Yaitu:
a. Tingkat
inflasi
b. Tingkat
suku bunga
c. Tingkat
pendapatan
d. Kontrol
pemerintahan
e. Ekspektasi
Selain itu niali tukar rupiah juga terbentuk oleh
pengaruh dari luar. Dalam teori (Purchasing
power parity)yang sering digunakan sebagai rujukan untuk mengukur hubungan antar inflasi dan
nilai tukar menyebutkan bahwa harga dari produk yang sama seharusnya sama. Jika
terdapat perbedaan, maka permintaan akan berubah yang mendorong harga menjadi sama.(Situmeang, 2010:103).
Nilai tukar yang berflutuasi secara
drastic tidak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam
merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkn bahan baku dari
luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekpor. Hal ini akan mendorong
investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya.
Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong
penurunan indeks harga saham. Bagi investor sendiri,depresiasi rupiah terhadap
dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Oleh karena itu,
pengelolaan nilai mata uang yang relative stabil menjadi salah satu factor
moneter yang mendukung perekonomian secara makro. Sebab depresiasi rupiah dapat
terjadi apabila factor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat.
a. Tingkat
inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus dan meluas. Inflasi
dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi factor produksi nasional.
Menurut (Nopirin,2000), efek inflasi yaitu:
1. Efek
Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) sifatnya tidak merata, ada yang di rugikan tetapi
ada pula yang di untungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
1. Efek
Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Dengan adanya inflasi permintaan akan barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dan barang lin, yang kemudian
mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
2. Efek
Terhadap Output (Output Effects)
Dalam keadaan inflasi yang tinggi nilai uang riil
turun dengan drastic masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi
mengarah ke barter dan biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.
2. Pengaruh
Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum ,
misalnya jika laju inflasi di Indonesia meningkat ketika inflasi di Amerika
relative tidak berubah akan mengakibatkan barang Indonesia relative mahal dan barang amerika
relative lebih murah. Hal ini mengakibatkan permintaan barang amerika akan
meningkat yang juga di ikuti oleh peningkata permintaan US dollar. Semangkin tinggi permintaan US dollar dan
jika tidak di barengi dengan penawaran yang cukup hal ini dapat menyebabkan
semakin sedikitnya persediaan US dollar, Sehingga Harga memperolehnya akan
semakin mahal. Jadi dapat disimpulkan tingkst inflasi yang tinggi dapat
melemahkan nilai tukar mata uang suatu negara.
Salah satu cara pemerinth dalam menanggulangi
inflasi adalah melakukan kebijakan menaikan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi
sebagai salah satu indicator fundamental ekonomi mencerminkan tingkat PDB dan
PNB ke nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil Merupakan indicator
penting bagi seoarang investor dalam membandingkan peluang dan resiko invests
di mancanegara.
3. Tingkat
Suku Bunga
Perubahan tingkat suku bunga akan mempengaruhi
investasi pada surat berharga luar negeri sehingga akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran mata uang asing. Investor yang berinteraksi secara global akan
mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan. Kenaikan tingkat
suku bunga akan mendorong penguatan nilai tukar karena adanya investasi masuk,
namun secara nyata kenaikan suku bunga biasanya menggambarkan kenaikan inflasi
yang berdampak pada pelemahan nilai tukar.
4. Pengaruh
Suku Bunga (Bi Rate) Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atau Dollar
Amerika Serikat
BI Rate merupakan suku bunga yang di tentukan Bank
Indonesia, menaikkan atau menurunkan BI rate merupakan salah satu kebijakan
moneter. BI rate sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Karena
investor akan mencari negara dengan tingkat suku bunga yang menguntungkan. Jika
BI rate domestic rendah akan menyebabkan aliran modal dalam negeri mengalir
keluar negeri dan jika BI rate tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk
ke dalam negeri. Apabila banyak modal yang mengalir ke Indonesia, maka
penawaran akan dollar amerika akan meningkat. Hal ini menyebabkan penentuan
dollar amerika meningkat sehingga harga untuk memperolehnya sedikit atas
apresiasi rupiah.
Semangkin tinggi tingkat BI rate akan menguatkan nilai tukar rupiah
atau dollar amerika serikat. Menurut Krugman (dalam Oktavia dkk, 2013:111)
menyatakan kenaikan suku bunga domestic akan menyebabkan apresiasi mata uang
suatu negara dan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan depresiasi
mata uang domestic.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
1. Inflasi
berpengaruh positif terhadap pergerakan nilai tukar USD/IDR, yang berarti bahwa
jika tingkat inflasi mengalami kenaikan maka arah pergerakan nilai tukar
USD/IDR juga akan meningkat
2. BI
rate berpengaruh negative dan signifikan terhadap pergerakan nilai tukar
USD/IDR, yang berarti bahwa jika tingkat BI rate mengalami kenaikan maka arah
pergerakan nilai tukar USD/IDR akan menurun
3. PDB
beropengaruh positif dan tidak signifikasi terhadap pergerakan nilai tukar
USD/IDR, yang berarti bahwa jika PDB mengalami kenaikan maka arah nilai tukar
akan naik namun pengaruh sangat kecil
Berdasarkan
hasil temuan dan kesimpulan di atas maka disarankan bahwa:
1. Perlu
ada pengendalian inflasi oleh pemerintah agar tingkat inflasi tidak terlalu
tinggi (rendah) yang dapat memengaruhi naiknya (turunynya) nilai tukar sehingga
akan member dampak terhadap pelaku ekonomi dalam negeri maupun yang melakukan
perdagangan internasional. Oleh karena itu perlu ada standar inflasi yang
dipertimbangkan oleh pemerintah ( Bank Indonesia) sehingga dampak-dampak dari
tinggi atau rendahnya inflasi ini tidak menjadi risiko yang harus diterima dari
pelaku ekonomi domestic.
2. Perlu
ada standar nilai BI rate yang berimbang bagi pelaku ekonomi domestic sehingga
akibat dari BI rate yang terlalu tinggi/ rendah yang berdampak pada nilai tukar
rupiah tidak menjadi risiko yang bias merugikan pelaku ekonomi domestic.
DAFTAR PUSTAKA
HadiWinata,
Bob Sugeng. 2004. Politik Bisnis
Internasional. Yogyakarta: Kanisiusa
Serfianto,R.dkk.2013. Pasar Uang dan Pasar Valas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Situmeang,
Chandra.2010. Manajemen Keuangan
Internasioanal. Bandung: Citaputaka Media Perintis
Ming,
The Fer. 2005. Day Trading Valuta Asing.
Jakarta: PT Alex Media Kumputiondo
Oktavia,
Adek L, dkk. 2013. Analisis Kurs dan
Money Supply di Indonesia. Jurnal kajian ekonomi. Vol.1.No.02. Padang:
Universitas Negeri Padang
Thobarry,
Ahcmad Ath. 2009. Analisis Penagaruh
Nilai Tukar Suku Bunga, Laju inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga
Saham Sektor Properti Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sartono
R, Agus, 2003. Manajemen Keuangan
Internasioanal. Edisi ke 5. Jakarata: Erlangga
S,
Alam, 2007. Ekonomi. Jakarta:Esis
Serfianto,
R, dkk.2013 Pasar Uang dan Pasar Valas.
Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama
Puspopranoto,
Sawaldjo, dkk.2004. Keuangan Perbankan
dan Pasar Keuangan, Konsep, Teori dan Realitas. Jakarta: Pustaka SPJES
Indonesia
Dauda, Paris. 2011. Analisis Pengaruh Fundamental Ekonomi dan Pegerakan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar Amerika(USD/IDR). STIMNETRO Makasar. Vol 1 No.2 tahun 2011